Minggu, 20 Februari 2022

Menantu Kaya Raya Chapter 11 Bahasa Indonesia

 



Pesta makan malam untuk merayakan perceraian masih berlangsung. Demi menyenangkan Hans, semua orang menjadi seperti hewan peliharaan yang sedang berebut untuk dimanjakan.


Felix juga sudah tidak punya kepentingan untuk tinggal, jadi dia pun berdiri dan berjalan keluar kamar. Tapi saat tiba di pintu hotel, dia mendengar suara teriakan Lala dan berhenti.


“Aku benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi malam ini. Aku juga tidak tahu kalau bisa muncul masalah seperti ini.”


Felix tersenyum sambil melambaikan tangannya untuk menandakan kalau itu bukan masalah. Lagipula, itu juga bukanlah hal yang ingin dilakukan oleh Lala.


Saat menemani Felix untuk menunggu kedatangan taksi, Lala tiba-tiba bertanya kepadanya, “Kamu ada rencana apa untuk selanjutnya?”


“Kamu jangan salah paham, aku tidak bermaksud untuk memecatmu dari perusahaan. Aku hanya merasa kalau kamu masih begitu muda, tidak mungkin bekerja sebagai sekuriti selamanya. Kalau tidak, aku akan membantumu untuk membeli satu gelar sarjana, lalu membiarkanmu melakukan beberapa tugas sederhana di departemen perusahaan yang terkait.”


Cara penyampaian Lala sangat halus, sebenarnya maksudnya adalah menggunakan uang untuk memelihara Felix yang tak berguna ini.


Felix mengerti maksud baik Lala yang tulus itu dan dia juga tahu kalau Lala tidak bermaksud jahat. Jadi, dia pun berterima kasih dan menolaknya dengan sopan.


Demi berterima kasih atas kebaikan Lala, dia pun memberikan Lala sebuah saran, “Tidak peduli kamu ada rencana apa selanjutnya, aku sarankan agar kamu menjauhi Hans. Dia bukanlah orang yang baik. Kalau kamu demi uang dua puluh milyar itu, tidak perlu lagi. Itu adalah uang yang aku berikan untukmu.”


Sebelum Felix selesai menyampaikan sarannya itu, dahi Lala pun berkerut.


“Felix, sampai kapan kamu mau terus membual? Apakah kamu bisa lebih serius sedikit dalam menghadapi kehidupan?”


“Baiklah, begini saja. Kalau kamu tidak mau melakukan pekerjaan yang aku atur, ya sudahlah!”


Felix sudah diejek dari sore sampai malam, tapi sebelum dia merasa kesal, Lala malah sudah kesal duluan.


Sudahlah, lagipula mereka juga sudah bercerai dan tidak punya hubungan apa-apa lagi. Sebaiknya hiruplah saja udara yang penuh kebebasan ini!


Felix dan Lala berjalan menjauhi satu sama lain. Mereka berjalan semakin menjauh.


Setelah sampai di dalam lobi, Lala tidak dapat menahan diri dan menolehkan kepalanya untuk melirik ke arah pintu. Dia melihat Felix yang kesepian di bawah malam.


Saat ini, di dalam hatinya terdapat perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.


Lala pernah sangat berharap untuk bercerai dengan Felix, bahkan dia juga memikirkan segala cara. Tapi hari ini setelah benar-benar bercerai, dia menyadari kalau dirinya tidak merasakan adanya kepuasan setelah harapannya tercapai. Dia bahkan diam-diam merasa sedikit kehilangan.


Lala juga tidak dapat menjelaskan alasannya. Dia hanya bisa mengkategorikannya sebagai seperti memelihara hewan peliharaan. Setelah melewati banyak waktu bersama, pasti juga akan timbul perasaan.


“Sudahlah, lagipula kita juga sudah bercerai. Dia mau berbuat apa juga terserah dia saja!”


Ajaibnya, pemikiran terakhir mereka berdua malah bisa persis sama!


Meskipun sudah bercerai, Lala masih harus meneruskan pekerjaannya.


Di hari berikutnya, Lala sibuk seharian di kantor. Dia bekerja tanpa henti sampai sudah sore barulah semua pekerjaannya siap.


Saat dia melihat jam, ternyata sudah pukul setengah enam. Dia harus bergegas untuk merias dan mempersiapkan diri untuk menghadiri pesta makan malam yang merayakan penyambutan CEO baru.


Setelah selesai menyerahkan urusan perusahaan, Lala pun bersiap untuk turun dan meninggalkan kantor.


Tapi baru saja dia sampai di pintu perusahaan, dia menyadari kedatangan Hans. Hans tidak hanya datang sendiri, dia juga membawa Helen dan Bob.


Lala sangat tidak berdaya, “Ibu, kenapa kamu dan adik datang ke sini? Aku akan pergi menghadiri pesta perayaan dan bukannya pergi tamasya!”


“Kami juga datang untuk ikut menghadiri pesta perayaan itu. Hans sudah memberitahuku kalau di dalam undangan ada tertulis kalau boleh membawa satu anggota keluarga. Kamu dan Hans masing-masing punya satu undangan, jadi kalian bisa membawaku dan adikmu masuk. Bukankah itu pas sekali!”


Dapat dilihat kalau Helen sudah mempersiapkan hal ini dengan teliti. Dia bahkan memakai kalung berlian yang bernilai enam milyaran itu. Bahkan Bob yang biasanya tidak kompeten itu pun memakai jas dan dasi hari ini. Dia berpakaian seperti seorang eksekutif elit.


Hans yang berdiri di samping juga ikut menambahkan, “Biarkanlah Bibi dan Bob ikut pergi, anggap saja untuk melihat dunia luar.”


Kalau mereka bersikeras ingin pergi, Lala juga tidak banyak bicara lagi. Lagipula, waktunya juga sangat ketat, lebih baik dia pergi merias dan mengganti pakaiannya menjadi gaun malam.


Setelah bersiap-siap sampai pukul enam, mereka berempat yang akan segera menjadi keluarga di mata Helen pun mengendarai mobil untuk pergi ke Hotel Java.


Hotel Java adalah hotel bintang lima satu-satunya di kota ini. Dari namanya juga dapat diketahui kalau hotel ini adalah milik Grup Java.


Demi mempersiapkan pesta makan malam untuk merayakan penyambutan CEO baru, hari ini Hotel Java tidak menerima tamu umum. Di depan pintu hotel, ada delapan orang resepsionis penerima tamu. Dua orang menjaga di pintu samping kiri, dua orang menjaga di pintu samping kanan, dan empat orang menjaga di pintu tamu utama di tengah. Mereka memeriksa undangan peserta satu per satu dan tidak menerima orang yang datang tanpa undangan.


Lala, Hans dan kedua orang lainnya tiba di depan pintu hotel. Mereka merasa sangat terharu melihat barisan panjang yang terdapat di depan pintu hotel. Ini barulah gaya grup besar, semua orang yang datang berbaris di depan pintu untuk diperiksa undangannya, bahkan Federasi Perdagangan Kota juga tidak terkecuali.


“Pantas saja disebut grup besar!” Setelah berseru, Helen menghadap ke Hans dan berkata, “Hans, nanti di resepsi pernikahanmu dengan Lala, ayo kita lakukan ini juga. Ini kelihatan sangat megah!”


Hans tersenyum dan mengiyakannya, tapi di dalam hatinya, dia diam-diam mengumpat.


Grup Java berani berbuat seperti ini karena kedudukannya. Kalau Hans berbuat begini di resepsi pernikahan mereka, dia jamin tamu yang datang dan diperiksa itu pasti akan langsung membalikkan badan dan pergi. Dia juga bukannya orang terkaya di sini.


Saat menunggu giliran untuk diperiksa, Bob tiba-tiba mengeluarkan suara aneh, “Coba kalian lihat, orang tak berguna itu kenapa juga bisa datang?”


Mengikuti arah jari yang ditunjuk Bob, Lala dan dua orang lainnya melihat Felix datang dari tidak jauh.


Saat ini, kedua tangan Felix ditaruh di dalam kantong celananya. Dia bahkan menguap dengan malas, kelihatannya seperti baru bangun tidur.


Mereka sangat terkejut dan sama sekali tidak mengerti untuk apa Felix datang ke sini.


Tapi yang membuat mereka paling terkejut adalah, di saat mereka semua masih berbaris menunggu untuk diperiksa undangannya, Felix dapat langsung melewati kerumunan orang dan masuk ke dalam lobi hotel. Keempat resepsionis itu bahkan tidak memeriksa undangannya!


Melihat kejadian yang tidak sesuai dengan aturan ini, Helen pun tercengang, “Berdasarkan apa? Bukankah semua orang perlu diperiksa undangannya sebelum masuk? Kenapa dia bisa seenaknya berjalan masuk begitu saja?!”


Benar, Hans juga ingin mengetahui jawabannya. Kenapa Felix yang tidak berguna itu bisa berjalan masuk ke dalam Hotel Java segampang itu?


Tepat di saat itu, Bob memukul pahanya dan berkata, “Aku tahu!”

Previous Post
Next Post

0 comments: