Setelah Cindy pergi, Hans langsung menjadi peran utama di mata semua orang.
Pada saat ini, Hans sangat bangga, meskipun dia tidak tahu siapa CEO baru itu, tapi ini tidak mencegahnya untuk menyombongkan dirinya kepada orang di sekitar dan membuat cerita bahwa dirinya ada hubungan persahabatan dengan CEO baru itu.
Dengan kata-katanya sendiri: Persahabatan kami benar-benar sekeras emas.
Jarang Felix tidak tahu bahwa dirinya akan memiliki hubungan persahabatan seperti Hans.
Setelah mengatakan hal kepada semua orang, Hans baru datang ke samping Lala.
“Lala, ayo kita pergi bersama besok malam, bagaimanapun hanya kita berdua yang mendapat surat undangan dari Grup Java!”
Penghargaan ini membuat Hans sangat bangga dan dia merasa bahwa Lala adalah satu-satunya orang yang bisa berdiri bersama dengannya saat ini.
Jadi, dia kemudian berteriak kepada Felix, “Cepat minggir, bocah yang menjengkelkan!”
Meskipun Lala tidak suka sikap Hans, tapi dia hanya bisa berkata pada Felix, “Kamu pergi dulu saja. Masalah yang sebelumnya, aku akan memberitahumu melalui telepon setelah selesai bekerja.”
Felix tertawa dingin, lalu pergi, tawa ejekan ini bukan hanya untuk Hans, juga untuk Lala.
Kemudian dia berkata, “Begitu patuh, lebih baik kamu menjadi babu ku saja!”
Lala terkejut sejenak, hanya saja Hans duluan berbicara sebelum dia berbicara.
“Pria tak berguna, jangan lupa dengan apa yang kamu katakan kemarin sore, waktu sudah tidak banyak!”
Bukankah ingin mengubah pemilik Grup Wijaya dalam waktu 24 jam? Ini tidak sulit.
“Jangan khawatir, satu panggilan telepon saja sudah cukup mengatasi hal kecil ini!”
Terhadap sikap Felix yang sombong itu, Hans hanya menganggap dia sedang bercanda.
“Tidak apa-apa, Felix sedang membual saja, tidak patut dikatakan.” Kemudian Hans bertanya tentang hal yang juga diperhatikan oleh Lala, “Siapa yang baru saja mengundurkan diri dari perusahaan kalian?”
Ketika mengungkit hal ini, Lala pun menjadi bingung, “Aku akan mengetahuinya jika ada orang berbakat yang mengundurkan diri, tapi sekarang tidak ada sosok yang bisa ditebak.”
Hans menasihati, “Orang ini harus diselidiki, setelah menyelidikinya dengan jelas, kamu baru bisa menyiapkan untuk pesta malam besok!”
Lala menganggukkan kepalanya dengan serius, dia merasa Hans masih mau mempertimbangkan dan memikirkannya.
Tapi dia jelas tidak tahu, Hans lebih memikirkan dirinya sendiri, dia juga ingin mencari tahu orang ini dulu, agar bisa mempersiapkan perjamuan besok malam dengan baik!
…
Setelah Hans pergi, Lala menyuruh sekretarisnya untuk menyelidiki karyawan yang mengundurkan diri dalam waktu tiga bulan ini.
Setelah diperiksa, juga tidak menemukan orang yang cocok, sehingga mereka memperpanjang waktu menjadi enam bulan.
Akhirnya dia mendapat petunjuk kali ini, ada seorang wakil ketua departemen yang cocok dengan situasi itu. Sangat foya-foya, juga ada orang yang mengatakan bahwa keluarganya sangat kaya, jadi dia bekerja di sini untuk menikmati hidup saja. Sedangkan bocah itu memang pergi setelah bekerja beberapa hari, dari setiap aspek dia sangat cocok dengan citra generasi kedua yang kaya raya, yang paling penting adalah bocah itu pernah bertemu dengan Hans.
Jadi Lala dapat memastikan bahwa bocah itu seharusnya adalah CEO baru Grup Java. Dia pun memberi tahu informasi ini kepada Hans, sedangkan Hans sangat senang, juga lekas menyiapkan berkas lawan agar bisa menghadapi pesta malam besok dengan baik.
Sedangkan saat ini, Felix sedang berkeliaran di jalanan dengan santai.
Sudah tiga tahun, dia tidak pernah punya kesempatan untuk berbelanja dengan uang yang cukup, sedangkan hari ini dia akhirnya mempunya uang, jadi dia harus menghabiskannya dengan baik. Hanya saja dia tidak tahu harus membeli apa ketika dia ingin menghabiskan uang.
Perhiasan emas, perak, baju, sepatu, topi, jam tangan, mobil mewah…dia memiliki semua produk merek internasional terkemuka itu.
Jadi dia merasa bingung, “Ada uang tapi tidak tahu bagaimana menghabiskannya? Mengapa ini lebih tidak nyaman daripada tidak ada uang?”
Ada dua wanita yang berpakaian seksi dan kaki panjang melewatinya, lalu mereka diam-diam tertawa ketika mendengar ucapan ini, “Kamu benar-benar pandai membual.”
Tapi detik berikutnya, ada mobil Ferrari merah yang menyala juga melaju kencang ke sana dan berhenti di samping Felix.
Pintu terbuka, Cindy keluar dari dalam Ferrari, “Tuan Muda, aku telah melakukan hal yang kamu sampaikan.”
Felix menganggukkan kepala sebagai tanggapan, kemudian duduk di kursi pengemudi, sedangkan Cindy masuk ke Cullinan di belakang untuk mengikutinya.
Ketika Ferrari dan Cullinan melaju, kedua wanita cantik yang berkaki panjang itu diam-diam tertawa, lalu tatapannya penuh dengan rasa kaget dan iri.
Felix yang mengemudi Ferrari itu melaju dengan cepat, akhirnya tiba di lapangan golf.
Setelah masuk ke lapangan, seorang pramugolf memberi Felix pakaian, sepatu dan topi yang telah dia siapkan sebelumnya.
Setelah mengganti pakaian, Felix dan Cindy yang telah mengenakan pakaian olahraga naik ke mobil elektrik dan melaju ke lapangan rumput itu.
Ayah Hans bernama John Wijaya, aku sudah mengumpulkan bukti cukup di sini, jadi dia dapat dijebloskan ke penjara kapan saja.”
Felix tentu saja percaya dengan kemampuan Cindy dan Cindy juga tidak mengecewakan kepercayaannya.
Setelah datang ke lapangan golf, Felix melihat John yang sedang bermain golf.
Melangkah, berputar, mengangkat tongkat golf, gerakannya sangat terampil. Tampaknya dia adalah ahli dalam bermain golf, juga tidak ada masalah lain selain tidak masuk bolanya. Jadi Felix sambil menepuk tangan sambil memujinya, “Kamu sudah berhasil menaklukan bola golf itu, sungguh hebat!”
John memalingkan kepala dengan ekspresi dingin, lalu melirik Felix dan Cindy. Dia memastikan dia tidak mengenal mereka, “Siapa kalian?”
“Siapa kami tidak penting, yang paling penting adalah aku bersiap mengeluarkan dana dua belas miliar untuk membeli Grup Wijaya.”
Ucapan Felix berhasil membuat John tertawa, tapi itu tawa mengejek.
“Harga pasaran Grup Wijayaku senilai enam ratus miliar, sedangkan kamu ingin menggunakan dua belas miliar membeli Grup Wijaya-ku, apakah kamu sedang bercanda?”
Felix memegang tongkat golf itu, kemudian memukul bola golf yang di samping, “Sekarang hanya tersisa sepuluh miliar.”
John ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Cindy sudah berjalan ke depannya, “Aku membujukmu untuk berpikir dulu baru berbicara, karena satu ucapan omong kosongmu akan dikurang dua puluh miliar!”
Selesai berbicara, Cindy pun melempar data di tangannya kepada John.
Awalnya John tidak peduli, dia hanya merasa kedua orang ini tidak waras, juga tidak dapat disembuhkan meskipun ada banyak uang.
Setelah dia melihat isi di dalam data, matanya pun penuh dengan ketakutan.
“Dari mana kalian mendapatkan data-data ini?!”
Cindy menolehkan menatap Felix yang sedang bermain golf, “Tuan Muda, apakah ini termasuk omong kosong?”
Bola golf masuk ke dalam lubang dengan satu pukulan, lalu Felix tersenyum.
“Termasuk, kenapa tidak termasuk? Hanya tersisa 80 miliar!”
0 comments: